Menulis sebenarnya
sangat erat kaitannya dengan menghamparkan alur. Kamu sebagai penulis tugasnya
adalah untuk menuangkan apa yang perlu dituangkan lewat tulisanmu, dan dengan
itu kamu menghamparkan alur penulisan. Kamu tidak perlu menghamparkan alur
penulisan yang langsung jadi dan sempurna. Biarkan saja mengalir seperti apa
adanya, tanpa terlalu memusingkan pemolesan dan keruntutan alur pikir. Berikan
ijin pada dirimu pada hamparan alur penulisan yang pertama ini memang kasar.
Dengan sikap membiarkan
atau mengijinkan hamparan alur penulisa pertama untuk kasar dan tidak runtut,
maka tulisanmu justru akan menjadi halus dan luwes. Ini karena kamu memberikan
kebebasan dan keleluasaan pada dirimu sendiri untuk menulis, maka tulisanmu pun
lebih halus. Saat kamu memeriksa alur ini, kamu pun menemukan bahwa alur
tulisanmu sudah cukup baik dan tidak terlalu membutuhkan banyak polesan lagi.
Jangan menuruti
keinginan untuk terus-menerus memeriksa tulisanmu sambil kamu menulis. Kamu
dapat melakukannya nanti. Untuk sementara, ijinkan dirimu menulis saja.
Lihatlah bahwa kamu selalu dapat memolesnya dan merapikannya nanti. Tugasmu
sebagai penulis adalah memberi keleluasaan pada dirimu untuk menulis. Hal ini
seperti diumpamakan dengan menggubah sebuah lagu. Lagu ini sudah ada dalam
kepalamu, tugasmu adalah untuk mendengarkannya, not demi not, dan menghamparkan
alurnya. Biarkan lagu ini menemukan arah dan rencananya sendiri. Kamu dapat
menambah, mengurangi, memoles, dan membuatnya lebih rapi nanti.
Ada semacam keyakinan
lama, bahwa dalam diri atau benak setiap penulis, ada sebuah kristal. Kristal
ini tumbuh sedikit demi sedikit dalam kegelapan, dan lama kelamaan menghasilkan
bentuk indah. Tugasmu sebagai penulis adalah menuangkan apa yang sedikit demi
sedikit itu, dan melakukan asosiasi bebas dengan itu. Asosiai bebas ini akan
menemukan arahnya sendiri dalam proses penuangan dan penghamparan alur
penulisan.
Dalam proses ini, kamu
mungkin mengitari kristal ini beberapa kali. Setelah itu baru kamu mulai
menulis. Kamu memantau dan mengamati gagasan ini beberapa kali. Kamu pun
membuat catatan sambil mengitarinya. Kamu memberi kebebasan pada apa saja yang
muncul menyuarakan diri. Apa yang tampaknya adalah pemantauan dan pengamatan
yang memutar ini sebenarnya punya arah tertentu. Lama-kelamaan akan tampak
sebuah pola. Tugasmu sebagai penulis adalah membiarkan pola ini memunculkan
dirinya, tanpa menuntut adanya alur yang runtut, logis, dan rapi.
Sebaiknya kamu tidak
menuntut dirimu terlalu tinggi untuk menghamparkan alur. Tetapkan target yang
rendah, misalnya dua halaman per hari. Ini dapat dianalogikan seperti film
jaman “wild-wild west,” di mana para petugas rel kereta menghamparkan beberapa
alur rel kereta setiap hari. Tugasmu sebagai penulis adalah untuk menuangkan
dan menuliskannya. Kegiatan menulis mencintai si penulis, seperti Tuhan
mencintai orang yang berbakti kepada-Nya. Jika kamu menganut sikap mengijinkan,
maka alur penulisan akan memenuhi hidupmu. Alur penulisan akan mengisi
halaman-halaman kehidupanmu.
Disadur dari: Cameron,
Julia. The Right to Write: An Invitation and Initiation into The Writing Life. New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam. 1998.
Komentar