Salib & Kedamaian

Salib & Kedamaian...

Apakah keduanya dapat saling dipertemukan dan dipersatukan???

Berikut ini adalah pengalaman saya memanggul salib kehidupan sehari-hari...

Belakangan ini, saya banyak bepergian keluar rumah. Untuk menghemat biaya perjalanan, saya menggunakan jasa transportasi umum yang sangat dikenal oleh masyarakat Jakarta...Buss Transjakarta, atau yang biasanya dikenal sebagai Bussway....

Pengalaman semakin kerap menggunakan sarana transportasi ini, terutama pada jam-jam padat, adalah pengalaman tersendiri memikul salib, memberikan tantangan tersendiri...

Anda tahu sendiri kan, bagaimana situasi di bussway pada jam-jam pulang kerja atau berangkat kerja? Saya kemarin pulang dari House of Transit - Kelompok Kerja Ibu Teresa. Saya di sana menjadi psikolog relawan, mendengarkan dan menemani orang-orang sakit yang dirawat di sana.

Saya keluar House of Transit pukul 15:30, kemudian saya berjalan menyusuri jalan raya sekitar satu kilometer hingga sampai pada halte bussway Duri Kepa. Saya pun menunggu...cukup lama, walaupun antrian tunggu hanya sekitar empat orang saja. Saya menunggu cukup lama, hari semakin sore, dan lalu lintas cukup padat. Mobil dan motor terus saja lalu-lalang tak kunjung henti. Tampaknya orang-orang yang menumpang mobil dan motor itu tidak lihat kanan-kiri, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan urusan masing-masing.

Saya pun menunggu dengan sabar, dan saya merasa cukup bahagia. Saya membatin, "Yah... menunggu juga adalah bagian dari salib...Yesus tergantung selama tiga jam di atas kayu salib...sampai akhirnya mati kesakitan..."

Saya menunggu dengan berdiri, dan kaki saya lambat laun terasa pegal. Namun saya terus bertekun....saya tepatnya bertekun - "menyatukan penderitaan saya dengan derita Yesus di atas kayu salib. Dia disalib untuk menyelamatkan saya." Maka saya pun bertekun berdiri dan menunggu.

Beberapa saat kemudian, bussway pun datang. Saya masuk ke dalam bersama beberapa orang yang menunggu tadi. Bisnya sangat padat...saya berdiri di bagian belakang dan mengancingkan jaket saya sampai ke atas. Saya bertekun berdiri dalam kepenatan....berdiri dengan sabar....

Saya menyatukan penderitaan memikul kepenatan kaki dan punggung ini dengan penderitaan Yesus di atas kayu salib...dan lambat laun kepenatan hilang dan digantikan oleh kedamaian dan kenyamanan, serta sukcita....

Ini saya alami terus sepanjang perjalanan....saya berkata dalam hati, "Inilah misteri salib....dia yang mau disalib...juga ada diselamatkan oleh salibnya.... - sukacita, kedamaian, ketenangan, kenyamanan (yang ini belum tentu muncul, dan bila muncul, diselingi oleh penderitaan, dan pemeliharaan masa depan).

Dan saya terus memelihara sikap ini sampai bussway tiba di halte transit Harmoni....saya menunggu lagi, antrian panjang dan penuh sesak....saya terus memandang salib Yesus, yang lebih tinggi dari kerumunan orang-orang yang berdesakan ini...setengah jam...mungkin lebih...akhirnya bussway jurusan pulogadung datang...satu...dua...saya belum bisa masuk....dan akhirnya yang ketiga....saya pun masuk...

Bussway ini sangat padat...orang berdesakan...dan mencari tempat duduknya sendiri-sendiri...saya berdiri di sisi jendela sebelah kiri,,dan kembali bertekun memelihara sikap ini sepanjang jalan...ada ketenangan, kedamaian, sukacita dan kenyamanan di sela-sela kepenatan dan penderitaan, namun kenyamanan ini mengatasi dan lebih dominan...inilah misteri salib....kembali pikiran ini muncul, "Barangsiapa mau disalib....ia akan diselamatkan oleh salibnya sendiri...." inilah misteri salib...

Komentar