Menulis = Mencuri Waktu

Kamu tidak perlu memusingkan, "apakah saya punya banyak waktu untuk menulis..." Usahakan untuk menulis dengan mencuri waktu...usahakan mencuri waktu berkali-kali untuk menulis. Maka tanpa terasa, kamu sudah menulis satu halaman.

Menulislah tanpa terlalu memusingkan apakah hasil tulisanku pasti bagus dan terpoles rapi...ini cara untuk mematikan "sensor" di kepalamu. Menulis karena kecintaan akan menulis itu sendiri, maka kamu akan menemukan waktu untuk menulis dengan sendirinya.

Janganlah menganggap menulis sebagai sesuatu yang sifatnya luar biasa, namun sesuatu yang wajar...ini akan memudahkan kamu untuk mulai menulis saat ini juga. Satu pandangan yang kerap menyulitkan kamu mulai menulis adalah, "saya harus menyediakan waktu yang besar untuk menulis." Sebaiknya kamu jangan berpikir seperti itu, namun menulislah dengan waktu yang ada padamu sekarang.

Kita semua sebenarnya punya waktu untuk menulis, kalau kita bersedia memikul resiko untuk menghasilkan karya tulis yang buruk. Menulis sajalah tanpa terlalu memusingkan hasilnya. Kalau kita menulis dari rasa senang, maka kita akan selalu menemukan waktu untuk menulis. Menulislah, maka kehidupanmu akan berubah menjadi lebih indah dan bermakna. Kamu tidak akan cuma menjadi seorang penonton yang pasif di pinggir lintasan dan berkata, "Seandainya aku punya waktu untuk menulis...."

Kamu mesti berhenti untuk mengangan-angkan memiliki "kehidupan sempurna seorang penulis" untuk mulai menulis. Jangan berpikir, "Aku mau mulai menulis kalau punya vila di Bali dengan pemandangan menghadap ke laut dan matahari terbenam." "Aku baru mau mulai menulis kalau aku hidup sebagai penulis yang ditopang dana memadai." ....yah, sebenarnya dana itu tidak dapat menopang aliran ide-ide Anda. Mulailah menulis dengan keadaan apa pun yang ada saat ini...curilah waktu untuk menulis.

Bila kamu bersedia mengadakan waktu untuk menulis tentang kehidupanmu, maka kehidupanmu akan berubah dan diwarnai oleh keindahan. Meskipun jika saja kehidupanmu diwarnai oleh ketergesa-gesaan, ini akan terasa bagaikan kehidupan dalam sebuah nampan perak.

Disadur dari: Cameron, Julia. The Right to Write: An Invitation and Initiation into the Writing Life. New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam. 1998

Komentar