Menulis Jurnal & Kejujuran

Menulis jurnal harian tak dapat dilepaskan dari kejujuran. Kejujuran itu mutlak dibutuhkan dalam menulis jurnal harian. Salah satu tujuan untuk menulis jurnal harian adalah untuk semakin mengenal diri sendiri, dan semakin mengerti perasaan-perasaaan yang kamu alami. Apa konten dari perasaan-perasaan ini, bagaimana perasaan-perasaan ini mempengaruhi pikiranmu dan cara pandangmu terhadap dunia...

Kejujuran dalam menulis jurnal harian adalah modal utama dalam mengatasi "writer's block.." Mungkin hambatan yang kamu alami sebenarnya menyampaikan sebuah pesan. Apa pesan yang disampaikan oleh "writer's block" ini. Mungkin sebenarnya kamu tidak ingin tahu tentang suatu perasaan tertentu...apa perasaan ini....mungkin sebenarnya hambatan ini adalah caramu menyangkal atau tidak mau mengetahui apa yang sebenarnya hendak disampaikan oleh perasaan ini...apa sebenarnya konten (pikiran / arti) dari perasaan ini...

Menulis jurnal memberikan kesempatan padamu untuk menghadapi perasaan-perasaanmu sendiri dan untuk mengakui itu, dan akhirnya menyembuhkan luka yang timbul. Menulis jurnal adalah sarana mudah untuk membantumu menjelajahi dirimu sendiri (batinmu sendiri), bersentuhan dengan area-area yang terluka. Area-area yang terluka perlu dibawa ke dalam kesadaran, untuk dimengerti, diterima, dan disembuhkan...

Menulis jurnal memberi lingkungan dan privasi yang aman, untuk mengakui dan menerima perasaan-perasaan itu, dalam kesendirian...mengolah dan menyembuhkan....Tuliskan perasaan-perasaan itu  dengan penuh kejujuran....kemudian hadapkan dirimu pada Tuhan dengan segala perasaan-perasaan itu, supaya perasaan-perasaan itu dibasuh dan dimurnikan....emosi dan batinmu dimurnikan dengan kamu melakukannya...

Lakukan proses penulisan macam ini sampai kamu merasa puas dan benar-benar disembuhkan olehnya...imbalannya setara dengan ketekunanmu untuk menjalaninya...

Beberapa pertanyaan yang dapat kamu ajukan pada diri sendiri...sebagai titik tolak untuk mendalami diri sendiri (batin) dengan penuh kejujuran:
- Jika aku membiarkan diriku mengakui perasaan ini, maka (ini artinya)...
- Jika resiko untuk mengakui perasaan ini, maka aku...
- Jika mengakui ini tidak membuatku kehilangan martabatku (sebagai manusia, sebagai pria, sebagai wanita), maka ....
- Jika mengakui ini tidak membuatku takut, maka....
- Jika penderitaan ini tidak menghalangiku untuk ....... maka.....
- Jika martabatku tak perlu dipertaruhkan untuk mengakui perasaan ini, maka...
- Jika resiko (apa yang dipertaruhkan) untuk mengakuinya seimbang dengan imbalan / manfaat yang kuperoleh, maka...

Nah, semoga artikel ini bermanfaat untuk memudahkan kamu menjelajahi batin dan bersentuhan dengan bagian-bagian (relung-relung) dirimu yang lebih dalam....sehingga kamu dapat semakin menjadi diri sendiri dan menjadi pribadi yang utuh...


Diolah dari: Cameron, Julia. The Right to Write: An Invitation and Initiation into the Writing Life. New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam, 1998. 



Akun FB: Bonifasius Sindyarta
Memberi jasa terjemahan “Inggris – Indonesia & Indonesia – Inggris” yang bermutu dengan harga terjangkau, untuk buku (psikolog populer, motivasi, pengembangan diri, novel, dll), berbagai artikel ilmiah & non ilmiah.
Anda dapat menghubungi saya lewat email di: bsindyarta@yahoo.com

Komentar