Menulis Jurnal untuk Terapi Derita Batin

Ini sekali lagi adalah artikel tentang menulis sebagai terapi.....kita semua hidup di dunia pasti mengalami penderitaan. Semua orang pasti pernah menderita. Tak seorang pun yang lolos dari penderitaan. Penderitaan bervariasi jenisnya dan intensitasnya dari satu orang ke orang lain. Orang yang satu mungkin lebih menderita dari orang lain...namun semua orang menderita. Selama kita masih hidup di bumi...kita tak dapat terbebas sepenuhnya dari penderitaan.

Penderitaan mungkin adalah teman seperjalanan kita...terus ada kita rasakan sampai penghujung kehidupan kita. Penderitaan dapat dihindari lewat cara-cara tertentu, yakni dengan mengolah dan penyikapan (cara pikir). Selain dihindari, penderitaan juga dapat diringankan...yakni lewat menulis jurnal (catatan harian). Penderitaan dapat diringankan lewat menuliskannya. Inilah tujuan dari penulisan artikel ini...menulis jurnal untuk meringankan derita batin...

Kita hidup di bumi tidak pernah atau jarang sekali terbebas dari masalah...masalah yang kita alami kerap berhubungan dengan relasi dengan orang lain. Kita merasa orang lain memperlakukan atau menyikapi kita tidak pantas, tidak adil, sewenang-wenang, seenaknya sendiri, main kuasa, angkuh, mencemooh, meremehkan, dan menjamah hak kita. Inilah area di mana menulis jurnal dapat berperan penting, untuk meringankan derita batin. Ini adalah area di mana menulis jurnal dapat kita rasakan manfaatnya.

Untuk masalah seputar relasi dengan orang lain, kita dapat menuliskan dalam jurnal, perlakuan atau sikap apa dari seseorang yang membuat kita tidak senang atau terluka. Kita pun menuliskannya....ini sangat membantu meringankan dan juga menghibur...batin dan mental menjadi lebih ringan, dan kita lebih menikmati kehidupan...

Kembali lagi, apa persisnya yang kita rasakan dan alami dari perlakuan dan penyikapan orang tertentu...bagaimana persisnya seseorang menyikapi dan memperlakukan kita...usahakan menuliskan dan menjelaskan serinci mungkin...sejelas mungkin...apa yang kita rasakan, dan kita mencoba menganalisa, mengurai, dan menjelaskan tentang perlakuan dan penyikapan orang tersebut....bagaimana persisnya...penafsiran atau analisa apa dari kita tentang itu.

Dengan menuliskan ini, kita akan memperoleh kejelasan....apa persisnya yang membuat kita terganggu, mengapa kita terganggu, bagaimana kita merasakan gangguan ini...perasaan terganggu apa yang kita alami...tuliskan serinci dan sejelas mungkin...ini sungguh bermanfaat dan meringkankan...cobalah...

Setelah tahap ini selesai kita lakukan, setelah kita selesai menuliskan (menganalisa & menjelaskan)...menganalisa perlakuan, penyikapan, dan situasi...sekarang adalah tahap merespons dan memaknai (memetik pelajaran)...

Bagaimana kita merespons perlakuan, penyikapan, dan situasi ini. Kita dapat membaca buku-buku tertentu...buku-buku psikologi populer (self-help) yang banyak dijual di toko-toko buku, buku tentang pengampunan...juga ditambah dengan buku pedoman agama kita masing-masing....bagaimana merespons....bagaimana merespons yang sehat secara psikologis dan spiritual...

Sebenarnya menuliskannya itu sendiri sudah merupakan respons...namun bisa lebih baik lagi kalau dilengkapi dengan respons lain terhadapnya...strategi apa yang sebaiknya digunakan dan dipilih...alangkah baiknya kalau kita juga mau berusaha mengerti, mengapa seseorang memperlakukan dan menyikapi kita seperti itu...mungkin memang wataknya seperti itu....terhadap orang lain juga akan mengadakan perlakuan dan penyikapan serupa...

Tahap terakhir adalah memaknai (memetik pelajaran)...makna apa yang dapat kita petik dari kasus ini...dari kejadian ini...dari perlakuan dan penyikapan yang kita alami, terima, dan rasakan dari orang tertentu...pelajaran apa...mungkin dalam tahapan ini baik juga kalau dibarengi dengan instrospeksi dan refleksi diri...mungkin ada sesuatu dalam diri kita yang menjadi pemicu orang tersebut memperlakukan dan menyikapi kita seperti itu...mungkin kita perlu lebih menyadari cacat-cela kita sendiri...untuk mengurangi dan mengikis itu...meski mungkin mustahil menghilangkan sepenuhnya...tanyakan pada diri sendiri..."apa yang dapat kulakukan untuk mengikis kelemahanku....sekarang saya punya kelemahan seperti ini, so...what next...sekarang keadaan diriku seperti ini, so...what next...bagaimana saya dengan keadaan diri seperti ini membawakan diriku di tengah lingkungan...di tengah pergaulan dengan orang lain...tanpa menimbulkan kerugian pada mereka, atau membuat orang tertentu merasa terancam sehingga memperlakukan dan menyikapi kita dengan cara yang mengganggu dan melukai kita...

Kembali lagi, ini adalah tahap memaknai (memetik pelajaran)....makna apa yang dapat kita petik dalam kehidupan...dengan mengalaminya...makna kehidupan apa...pelajaran kehidupan apa yang dapat kita petik...ini untuk memperkaya kehidupan kita....memperkaya kehidupan batin kita...menguatkan batin kita juga...membuat kita menjadi lebih berkembang secara psikologis dan spiritual...(lebih dewasa dan matang)...

Menulis jurnal untuk meringankan penderitaan batin adalah sarana paling mudah terjangkau dan murah...apalagi kalau kita merasa tak ada seorang pun yang sanggup atau bersedia untuk mengerti penderitaan kita...mengerti dan menerima cara pikir kita terhadap penderitaan kita itu...dan mendampingi kita menjalani penderitaan ini menuju pada kesembuhan...ini sarana mudah, murah, dan cukup efektif...

Semoga siapa pun yang membaca entri ini dapat memperoleh manfaat, merasa disemangati dan terdorong untuk menulis jurnal demi meringankan derita batinnya....
 
Akun FB: Bonifasius Sindyarta

Memberi jasa terjemahan “Inggris – Indonesia & Indonesia – Inggris” yang bermutu dengan harga terjangkau, untuk buku (termasuk novel), artikel ilmiah & non ilmiah.
Anda dapat menghubungi saya lewat email di: bsindyarta@yahoo.com

Komentar