Malam minggu kemarin, aku menonton “3
Days to Kill” di XXI Kelapa Gading Mall 3 bersama pacar saya, Helen. Banyak
wawasan kehidupan yang kuperoleh dari pengalaman menonton film ini…
Terus terang aku cuma mengikuti film
ini secara garis besar saja…banyak rincian dialog yang aku tidak bisa
mengikuti, terutama di awal film. Aku lebih mengamati pikiran-pikiran yang
timbul dalam benakku, justru ini makna dan nilai utama yang kuperoleh dari
pengalaman menonton “3 Days to Kill” yang dibintangi oleh Kevin Costner…hiburan
terutama bukan berasal dari manikmati alur cerita “riil” yang disajikan dalam
film, tapi justru wawasan (insight), yang timbul karena dipicu oleh adegan-adegan
dalam film ini.
Banyak wawasan yang timbul, dan banyak
santapan untuk benak dan mata saat menonton film ini. Dalam setiap film selalu
ada hero-nya, dan orang jahatnya atau orang yang ditolong. Ada jagoannya, ada
penjahatnya, dan ada korbannya. Otak-ku juga memroses kejadian kehidupan atau
kisah kehidupan seperti itu. Aku berpikir, mereka semua selalu mau menjagokan
dirinya terhadapku dan atas diriku. Aku selalu diletakkan pada posisi “korban”
atau “orang yang ditolong.” Mereka selalu memposisikan diri sebagai “hero,”
sebagai “penolong,” sebagai “orang baik,” sebagai “gembala,” sedangkan aku
diberi peran “kecil” dan kurang “bersinar” dibanding mereka. Orang-orang
tertentu bahkan meng-klaim posisi itu tanpa ijin, langsung mematok dirinya ada
di posisi itu dalam kehidupanku….dalam film kehidupanku. Mereka “mengabsahkan”
dirinya (“mengesahkan” dirinya), mereka seolah-olah mengklaim atau mematok
peran itu untuk diri mereka sendiri dalam film kisah kehidupanku….aku sudah
dipatok seperti itu dalam kisah kehidupanku, dipatok sebagai “domba yang perlu
mendapat pertolongan” dan tidak diperlakukan setara dengan si penolong…bahkan
dalam kasusku si penolong dapat punya peran ganda, sebagai penolong dan
sekaligus “melecehkan” orang yang ditolong, kalo saya memberontak..si "penolong" berubah menjadi si "penindas"...si "hero" berubah menjadi "musuh - orang jahat" yang "menang" dalam kisah kehidupan saya..
Aku juga ingin jadi “hero” dalam kisah
kehidupanku. Ini tantangan berat…saat film “3 Days to Kill” diputar di depanku,
pikiran-pikiran ini bermunculan….kalau seandainya ini difilmkan…aku menempati
peran yang mana?
Saat dihadapkan pada tayangan alur
cerita “3 Days to Kill…” otakku terus berusaha mencari penjelasan, dan
mengait-ngaitkan masalahku…atau lebih tepatnya, otakku lebih bisa berpikir
kalau aku dihadapkan pada tayangan lain yang “bukan langsung masalahku…” pelan-pelan
wawasan-wawasan timbul dalam benakku, di hadapan tayangan alur cerita “3 Days
to Kill.” Kenapa Tuhan mengijinkan aku mengalami semua ini….supaya aku tabah,
kuat, sabar & dewasa…
Batinku digerogoti namun sekaligus
juga ditempa habis-habisan untuk masuk ke dalam kancah / episode kehidupan ini.
Luka habis-habisan, namun sekaligus menjadi lebih matang dan kuat….batinku ini.
“Tuhan mengijinkan kamu mengalami penindasan ini, supaya kamu belajar
ketetapan-ketetapan-Nya…bukan supaya kamu memendam kebencian, iri, dan sakit
hati….namun supaya kamu belajar ketetapan-ketetapannya….supaya kamu semakin
sabar, tabah, dan kuat menghadapi tekanan & badai kehidupan…bagaikan perak
yang dimurnikan dari kotoran….bagaikan digarang di atas api…bagaikan Daud yang
mengalami ujian dan penderitaan yang bertubi-tubi…semua pikiran ini berlintasan
dibarengi wawasan-wawasan yang timbul….ini semua adalah ujian & sekaligus
pemurnian. Mengapa aku perlu mengalami semua ini….aku bertanya, apa masih belum
cukup….kenapa sudah jatuh masih tertimpa tangga??? Bagaimana sepantasnya
respons terhadap penderitaan ini…
“3 Days to Kill” banyak memberi
pelajaran (wawasan) bahwa hidup diisi oleh perjuangan. Bahkan seorang pria
pensiunan sekalipun masih cukup “perkasa” untuk fight & bertahan menanggung
kerasnya realita dan kehidupan…batinnya masih tahan…dan ia pantang menyerah.
Kombinasi antara kemewahan suasana
ruangan teater XXI dan wawasan tentang keterpurukanku dalam perspektif-ku
terhadap situasi atau orang yang membuatku menderita…menimbulkan suatu
kesadaran bahwa aku mesti/perlu “fight” lebih keras lagi dalam kehidupan, dalam
perjuangan kehidupan. Bersedia lebih menanggung kesulitan dan
ketekunan….mengerjakan apa yang aku “enggan & malas,” tapi tokh harus
dilakukan karena perlu dilakukan (kewajiban)….ini juga latihan kemauan, tekad,
fokus, dan iman yang mewujud ke dalam tindakan.
Kembali ke suasana ruang teater XXI
dan film “3 Days to Kill” yang memberi nuansa tertentu…terasa ada
kemewahan….ada suatu perjuangan yang menghasilkan kemewahan suasana itu,
menikmati wawasan-wawasan kehidupan yang timbul di hadapan tayangan film ini,
di mana aku tidak terlalu mengikuti rinciannya, namun lebih pada gambaran besar
dari film ini, di mana banyak adegannya memicu dan menimbulkan atau meletakkan
(menempatkan – memposisikan) benakku pada suatu keadaan yang subur bagi
wawasan-wawasan ini…
Aku memang menghadapi tantangan berat…menguras dan
menguji segenap kemampuanku untuk tetap baik, tenang, tekun, dan sabar dalam keadaan
ini… kalo dalam keadaan begini masih kerap mengalami ide meloncat…maka
pengaturan nafas – fokus ke nafas - (meditasi) adalah kuncinya….karena lewat
pengaturan nafas, pikiran menjadi lebih jernih dan kemampuan pemilahan
elemen-elemen & unsur-unsur yang berperan dalam masalah juga meningkat.
Ini adalah tantangan besar namun sekaligus celah
yang mengandung banyak berkat…tambang emas “berkat…” tambang emas “pertumbuhan
& perkembangan - kematangan rohani/psikologis”
Tuhan menyediakan berkat kalau kamu meresponi itu
dengan tepat….menurut prinsip-prinsip Alkitab yang diterjemahkan ke dalam
“sikap-sikap kehidupan yang praktis” untuk meresponi masalah secara tepat-guna,
dan konkrit. Aku menghadapi tantangan berat…namun tantangan ini juga ada
imbalan besar…mengucurkan berkat kehidupan yang disediakan Tuhan bagi saya,
kalau saya meresponi keadaan ini dengan tepat. Bagaimana saya meresponi, itu
menentukan mutu karakter saya sebagai pribadi….saya melihat “kekurangan” saya
di sini, di mana mereka “lebih” – dari kekurangan saya, saya dapat belajar
banyak dari mereka….dan juga belajar menganalisa untuk meresponi dengan lebih
baik…how – bagaimana ke depannya…dan how – to make the best out of the worst
situation I now have/encounter….bless your pain (melihat titik-titik terang
dari situasi saya saat ini – in relation with - orang atau situasi yang membuat
saya menderita).
Masalah terbesar kerap membungkus berkat terbesar
juga…merupakan ajang ujian pengembangan pribadi & psikologis….kalau sudah
lulus, maka berkat-berkatnya pasti datang…gimana menghadapi masalah…di satu
pihak saya begini, di lain pihak saya begitu…ada tarik-menarik…coba cari cara
meresponi yang sesuai dengan jalan Tuhan (pola pikir Allah – falsafah Kitab
Suci / Alkitab – ayat-ayat & pola pikir renungan, ayat-ayat dalam Al Quran
dan kitab-kitab agama pasti memberi saran & cara pandang yang baik &
ampuh) memang tidak mudah untuk mau menuruti ini…ini saja sudah makan waktu
tersendiri…
Semoga tulisan ini dapat memberi
manfaat & wawasan bagi siapa saja yang membacanya, untuk diolah & “diterjemahkan
– ditransfer” ke masalah-masalah tertentu yang mungkin ada mirip-miripnya
dengan situasi saya…
Salam kenal…
Boni
Akun FB: Bonifasius Sindyarta
Memberi jasa terjemahan “Inggris – Indonesia &
Indonesia – Inggris” yang bermutu dengan harga terjangkau, untuk buku (termasuk
novel), artikel ilmiah & non ilmiah.
Anda dapat menghubungi saya lewat email di: bsindyarta@yahoo.com
Komentar