Menulis Jurnal & Si Penutur Cerita

Jadilah dirimu sendiri saat menulis. Jangan berusaha membuat orang lain terkesan dengan tulisanmu. Kalau kamu berusaha membuat orang lain terkesan dengan tulisanmu, maka kamu memikul beban yang berat. Kamu ingin menyampaikan sesuatu pada orang lain, namun sekaligus juga membuatnya terkesan.

Jangan menulis supaya tulisan itu dipandang orang. Namun menulislah karena ingin mengungkapkan sesuatu dari dalam dirimu. Saat menulis, jangan memikirkan mau menulis apa, namun dengarkan halaman yang ada di depanmu...Kalau menulis lebih berhubungan dengan berbicara pada halaman itu, maka ini menjadi tugas yang lebih berat. Menulis belum sepenuhnya menjadi milikmu, dan mungkin kamu menjadi tertekan, karena memusingkan mau menulis apa dan bagaimana reaksi orang terhadap tulisanmu.

Menulis adalah mendengarkan halaman kosong yang ada di depanmu. Apa yang dikatakan oleh halaman itu...ini menyebabkan aliran gagasan akan muncul. Ini bukan sepenuhnya hasil upayamu sendiri, namun kamu memindahkan apa yang kamu dengar ke atas kertas.

Dengarkan....kalimat-kalimat apa yang menginginkan dirinya agar ditulis. Dalam pengertian ini, menulis adalah sebuah aksi pengungkapan. Menulis adalah masalah pengungkapan kalimat-kalimat yang ingin dirinya diungkapkan melalui diri kita, lewat menulis. Menulis lebih berhubungan dengan masalah keakuratan daripada masalah kebrilianan atau kepandaian. Sejauh mana kamu dapat mengungkapkan dengan akurat kalimat-kalimat yang kamu dengar? Sejauh mana kamu bersedia melepaskan kendali dan membiarkan kreativitas mengalir melalui dirimu? Biarkan kreativitas ini mengalir tanpa terlalu memusingkan agenda dan maksud-maksud pribadi.

Terkait dengan hal ini ada sebuah prinsip umum yang dapat dipegang: "Kembangkan ketertarikan terhadap kehidupan, terhadap apa yang kamu dengar, lihat, dan jumpai. Ketertarikan pada manusia, benda, literatur, dan musik. Kehidupan ini penuh dengan harta karun berharga, yang bermunculan setiap hari. Setiap hari bermunculan orang-orang yang menarik dan jiwa-jiwa yang indah. Jangan terlalu terpusat pada diri sendiri, namun arahkan perhatianmu pada dunia. Jangan terlalu memusingkan diri sendiri, jangan terlalu memusingkan untuk menjadi pusat perhatian. Biarkan dirimu menjadi sarana, menjadi si penutur kisah, maka tulisanmu akan menjadi lebih baik dengan sendirinya. Tentu saja kamu akan menulis dengan lebih mudah dengan cara ini.

Latihan:
Ini adalah latihan yang baik untuk mendengarkan. Bayangkan dirimu duduk di sebuah pohon yang besar. Kamu bersandar pada batangnya. Pada sisi sebelah lain dari batang ini, bayangkan duduk seorang penutur cerita. Ambillah sehelai kertas, kemudian tuliskan nomor satu sampai lima pada kertas ini. Sekarang katakan pada si penutur cerita itu, lima hal yang kamu ingin dengar darinya, dan tuliskanlah cerita (hal) itu.

Disadur dari: Cameron, Julia. The Right to Write: An Invitation and Initation into the Writing Life. New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam. 1998.
  

Komentar