Menulis Jurnal & Kesendirian



Dalam kesendirian, kamu dapat mencoba menaruh vas bunga dengan beberapa kuntum bunga di dalamnya. Vas ini berfungsi untuk menemani kamu dalam kesendirian.

Orang biasanya menganggap para penulis adalah orang-orang yang senang menyendiri. Kehidupan menulis biasanya kerap diasosiasikan dengan kehidupan dalam kesendirian. Salah satu halangan terbesar dalam menulis jurnal adalah takut akan kesendirian.

Dalam kehidupan seorang penulis, ia mungkin banyak menulis tentang kesendirian. Namun ini tidak selalu benar. Kamu dapat memenuhi dosis (takaran) menulismu setiap hari, lalu bersosialisasi. Kehidupan seorang penulis (penulis jurnal) tidak selalu perlu dihabiskan dalam kesendirian. Bagilah waktu untuk menyendiri & bersosialisasi. Memenuhi dosis menulis juga penting, jika tidak maka saat kamu bersosialisasi kamu merasa seharusnya ada di tempat lain, yakni untuk menyendiri.

Ada sebuah mitos yang kerap dianut bahwa kehidupan seoran penulis yang penyendiri itu mirip dengan “serigala kesepian” (the lonely wolf). Namun banyak juga penulis-penulis novel kondang yang senang berkumpul di cafĂ© dan restoran, atau mengobrol lewat telepon genggam dan bersosialisasi lewat situs jejaring sosial. Namun pandangan bahwa kehidupan seorang penulis (jurnal) adalah kehidupan yang banyak diisi oleh kesendirian, masih kerap dianut.

Namun sebagai seorang penulis (jurnal), kamu sebenarnya tidak sepenuhnya sendiri. Saat kamu masuk ke kamar untuk menulis, maka kamu ditemani oleh pengalaman-pengalamanmu yang hendak kamu tulis. Pengalaman-pengalaman itu menemanimu dalam kamar.

Menulis (jurnal) bukan suatu kegiatan pelarian dari rasa kesepian. Menulis (jurnal) bukan artinya semata-mata terobsesi pada diri sendiri dan preokupasi pada diri sendiri. Sebenarnye terlalu banyak preokupasi dengan diri sendiri akan menghalangi koneksi dengan orang lain, bahkan juga dengan diri sendiri.

Menulis (jurnal) bukanlah suatu pelarian, namun terlebih ini adalah antidot untuk perasaan kesepian dan kesendirian. Menulis (jurnal) adalah kegiatan untuk membina koneksi, pertama dengan diri sendiri, kemudian dengan orang lain.

Mungkin kamu akan dihinggapi oleh perasaan tidak nyaman, kalau kamu tidak menulis (jurnal). Kamu mungkin berusaha menghilangkan rasa kesepian dengan cara berbicara pada orang lain, membereskan / merapikan ruang kerja, atau menonton film. Setelah melakukan ini semua maka kamu tiba-tiba merasa ada yang kurang, “oh ya…maka kamu pun menulis.”

Menulis (jurnal) secara rutin dapat dianalogikan dengan seorang pelari marathon. Kalau beberapa hari saja ia tidak berlatih, maka ia akan mengalami kemunduran. Menulis dalam dosis tertentu, bagaikan seorang pelari marathon yang menempuh jarak tertentu. Kegiatan ini menjadikan ia gembira dan bugar. Kalau ia tidak melakukannya, maka ia diliputi kejengkelan, dan hidup terasa kurang menyenangkan. Memenuhi takaran menulis akan membereskan ini semua.

Kalau kamu tidak memenuhi dosis menulismu, dan mengalami apa yang disebut sebagai “flow of writing,” maka mungkin sekali kamu akan dihinggapi orang rasa kesepian. Ini seperti “iman,” kalau tidak ada, maka rasanya ada yang kurang.

Latihan:
Latihan ini dimaksudkan untuk memberikan perpektif yang lebih tinggi padamu. Dalam
latihan ini, kamu diminta untuk mencoba menjalin kontak langsung dengan pribadimu
yang lebih tinggi (Diri Sejati atau “Higher Self”). Pribadi yang lebih tinggi ini juga dapat
disebut tokoh mitologi atau tokoh arketipe. Misalnya saja, seperti Merlin dalam legenda
raja Arthur (pedang excalibur), atau ibu peri yang baik hati. Pada dasarnya, pribadi
yang lebih tinggi ini, dapat mengejutkanmu saat ia bicara. Ini adalah pendamping
spiritualmu, atau pembimbing spiritualmu. Kamu dapat juga menyebutnya “guide,” atau
juga yang lain.

Luangkan waktu satu jam. Jika kamu menulis di rumah, buatlah minuman hangat, kopi
atau teh. Heninglah sejenak, kemudian biarkan pribadi yang lebih tinggi ini untuk
muncul dan berbicara. Biarkan ia menulis surat padamu tentang kehidupanmu.
Biarkan dia memberikan cara pandang, tuntunan, dan arah tindakan. Luangkan
waktu setengah jam lebih banyak, jika kamu mau. Kamu bisa saja melakukan latihan ini
secara teratur.


Disadur dari:
Cameron, Julia. The Right to Write: An Invitation and Initiation into the Writing Life. New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam. 1998. 

Akun FB: Bonifasius Sindyarta
Memberi jasa terjemahan “Inggris – Indonesia & Indonesia – Inggris” yang bermutu dengan harga terjangkau, untuk buku (psikolog populer, motivasi, pengembangan diri, novel, dll), berbagai artikel ilmiah & non ilmiah.
Anda dapat menghubungi saya lewat email di: bsindyarta@yahoo.com

Komentar